Penerjemahan tidak berbeda dari tindak komunikasi sehari-hari. Betapa sering kita mengungkapkan kembali pemahaman kita, baik hasil menyimak maupun hasil membaca, kepada orang lain. Demikian pula penerjemahan, kita membaca untuk memahami teks, kemudian kita menyampaikan pahaman kita kepada orang lain. Bedanya hanya dalam komunikasi sehari-hari kita memahami dan menyampaikan pahaman dalam bahasa yang sama (penerjemahan intrabahasa), sedangkan dalam penerjemahan kita memahami dalam bahasa asing dan mengungkapkan pahaman kita dalam bahasa ibu (penerjemahan antarbahasa). Jadi, kata kuncinya di sini adalah memahami dan pemahaman.
Tugas penerjemah tidak selesai pada perolehan citra mental karena penerjemah masih harus menyampaikan pahamannya dalam teks tujuan. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan memformulasikan citra mental dengan bantuan bahasa tujuan dan pengetahuan tentang situasi komunikasi. Situasi komunikasi erat hubungannya dengan tujuan menerjemahkan, calon pembaca terjemahan, dan laras serta ragam bahasa yang dipilih oleh penerjemah untuk mengungkapkan kembali pahamannya. Terakhir, terjadi sintesis yang menjamin penciptaan teks tujuan. Proses dari sintesis ke teks tujuan itulah yang disebut reverbalisasi atau membahasakan kembali, mengungkapkan kembali dengan bahasa tujuan.
Dengan demikian, jelas bahwa menerjemahkan adalah memahami dan membuat paham orang lain. Jadi, syarat utama yang harus dipenuhi adalah pemahaman teks asal. Setelah memahami teks asal, barulah "menceritakan" kembali dalam bahasa tujuan. Penerjemahan dapat juga dianalogikan sebagai kalimat efektif oleh seorang penulis Kalimat efektif adalah (1) kalimat yang dapat secara tepat mewakili gagasan atau perasaan penulis (pembicara) dan (2) sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepat dalam pikiran pembaca (pendengar). Gagasan atau perasaan penulis itulah yang disebut maksud atau apa yang hendak dikatakan. Maksud yang sama akan tertangkap (dipahami) oleh pembaca jika penulis mengungkapkannya dengan kalimat yang efektif. Penerjemah pun harus mampu menangkap maksud penulis teks asal. Terjemahannya dikatakan berhasil atau bagus jika pembaca teks tujuan memahami maksud yang sama.
Dikutip dari sini
Tugas penerjemah tidak selesai pada perolehan citra mental karena penerjemah masih harus menyampaikan pahamannya dalam teks tujuan. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan memformulasikan citra mental dengan bantuan bahasa tujuan dan pengetahuan tentang situasi komunikasi. Situasi komunikasi erat hubungannya dengan tujuan menerjemahkan, calon pembaca terjemahan, dan laras serta ragam bahasa yang dipilih oleh penerjemah untuk mengungkapkan kembali pahamannya. Terakhir, terjadi sintesis yang menjamin penciptaan teks tujuan. Proses dari sintesis ke teks tujuan itulah yang disebut reverbalisasi atau membahasakan kembali, mengungkapkan kembali dengan bahasa tujuan.
Dengan demikian, jelas bahwa menerjemahkan adalah memahami dan membuat paham orang lain. Jadi, syarat utama yang harus dipenuhi adalah pemahaman teks asal. Setelah memahami teks asal, barulah "menceritakan" kembali dalam bahasa tujuan. Penerjemahan dapat juga dianalogikan sebagai kalimat efektif oleh seorang penulis Kalimat efektif adalah (1) kalimat yang dapat secara tepat mewakili gagasan atau perasaan penulis (pembicara) dan (2) sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepat dalam pikiran pembaca (pendengar). Gagasan atau perasaan penulis itulah yang disebut maksud atau apa yang hendak dikatakan. Maksud yang sama akan tertangkap (dipahami) oleh pembaca jika penulis mengungkapkannya dengan kalimat yang efektif. Penerjemah pun harus mampu menangkap maksud penulis teks asal. Terjemahannya dikatakan berhasil atau bagus jika pembaca teks tujuan memahami maksud yang sama.
Dikutip dari sini